Rani tak tahu maksud Dewi apa, ia hanya menganggukan kepalanya. Bel
menunjukkan istirahat berakhir, Rani dan Dewi membereskan makanan dan meja
mereka dan bersiap menerima pelajaran berikutnya.
Bel sekolah berbunyi tanda
pelajaran berakhir, Dewi dan Rani tidak bergegas pulang seperti biasanya,
mereka masih berada dikelas sampai semua siswa pulang dan ruangan kelas kosong.
Dewi: “Ayo Ran!” Dewi memberi isyarat kepada Rani
untuk mengikutinya sambil melangkah dengan hati-hati
Rani sama sekali belum mengerti
maksud Dewi, ia hanya mengikuti apa yang diperintahkan Dewi dan mengikutinya.
Sampai pada akhirnya langkan Dewi terhenti disalah satu sudut tembok yang
bersebelahan dengan lapangan basket sekolah. Dewi sangat berhati-hati agar
tidak diketahui oleh orang lain, namun memposisikan dirinya agar dapat jelas
melihat keseluruh penjuru lapangan basket.
Dewi: “Lihat
Ran” Dewi berkata kepada Rani setengah berbisik
Rani: “Iya aku
lihat, mereka kelompok laki-laki yang tadi di kantin kan?”
Dewi: “alright, coba lihat dibangku penonton” Dewi
mengerucutkan bibir dan menajamkan matanya kearah bangku penonton
Rani: “Lah?!., itu kan perempuan seangkatan dengan
kita yang tadi siang juga Wi?” Tanya Rani heran
Dewi: “iya, ini yang ingin aku tunjukkan padamu”
Rani: “Emangnya apa yang aneh Wi? wajarkan perempuan
itu jadi paparazzi gebetannya? baguslah, mereka mau berjuang mendapatkan cinta
hahahah”
Dewi: “Huss! jangan keras-keras, kalau ketauan bisa
gawat, diam dan perhatikan, sepertinya latihan pertama untuk tim putra sebentar
lagi selesai”
Pelatih tim putra membunyian peluit tanda latihan untuk tim basket putra
selesai, serntak pemain basket yang sedang berlatih menuju kepinggir lapangan.
Mataku tak dapat berkedip tatkala elihat ulah Yanti dan Tika, dua perempuan itu
dengan percaya dirinya menghampiri para pemain basket yang tengah beristirahat
itu, tak sungkan mereka memberikan handuk kecil kepada Rendi dan Robi. Rani
terkagum-kagum melihat kegigihan dua temannya itu untuk mendapat perhatian pria
idaman mereka.
Tapi taklama suasana berubah…
Yanti: “Kak
Rendi ini aku bawakan minuman” Yanti menyodorkan minuman kafein dingin kepada
Rendi dengan agak malu-malu.
Rendi:
“apa-apaan kamu? aku ini habis berolahraga, kenapa kamu ngasih minuman itu,
hah?!” Rendi kesal mengambil minuman itu dari tangan Yanti dan melemparnya ke
tong sampah.
Yanti dan Tika hanya terpaku dan terdiam, Tika pun mengurungkan niatnya
untuk memeberikan minuman kepada Robi, karena iapun membelikan minuman yang
sama seperti yang Tika beli, namun teman-teman Rendi sontak menertawakan
mereka.
Ihsan: “sudahlah, lain kali kalian bawakan kami
minuman isotonic atau air putih saja” Ihsan memberitahu mereka dengan senyuman
kecut
Yanti dan Tika: “baik Kak, maafin kami” Yanti dan Tika menjawab dengan senyum yang
agak dipaksakan
Rani dan Dewi hanya bisa terdiam melihat kejadian itu. Hingga akhirnya
Rani melihat kearah jam tangannya dan tak disangka dia telah berada disana
selama satu jam
Rani: “Wi! ayo
pulang, sudah jam berapa ini?”
Dewi: “wahhh…
yaampun aku lupa hari ini harus mengantar adikku les” Dewi terlihat panic
Tanpa fikir panjang Rani dan
Dewi pun bergegas meninggalkan lapangan basket dan sekolah, sambil menunggu
angkutan umum mereka membicarakan kejadian yang barusan mereka lihat.
Dewi: “sekarang kamu udah ngerti kan Ran? makanya
aku bilang mereka itu ga mungkin jadian? keliatannya sih laki-laki yang Yanti
dan Tika suka tuh sengaja memanfaatkan mereka berdua, dan akhirnya
teman-temannya ikut manfaatin juga.
Rani: “iyasih, tapi kita kan baru liat sekali ini
saja mereka berulah, dan mungkin Rendi benar, bagi atlet seperti dia tidak
cocok kalo setelah berolahraga minum minuman yang mengandung kafein, aku kesal
dengan sikapnya tadi, tapi kita tidak mungkin begitu saja ikut campur dan
menyalahkannya”
Dewi “aahh pokoknya aku yakin mereka laki-laki yang
jahat!” Dewi berkata dengan nada yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
Rani telihat kaget dan bingung
dengan nada suara Dewi yang ngotot menyalahkan sekelompok laki-laki itu,
melihat temannya merasa kebingungan Dewi terlihat merasa bersalah, dan tak lama
angkutan umum yang menuju ke rumah Dewi terlihat menghampiri mereka dari
kejauhan.
Dewi: “ehh sudah gausah mikirin mereka, angkotku
udah ada tuh, aku pulang duluan ya Ran, adikku pasti udah nunggu” Dewi menyetop
angkutan umum dan bergegas masuk kedalam mobil itu setelah sebelumnya Rani
menganggukan kepalanya perlahan.
Rani: “hati-hati Wi! Rani berteriak setelah melihat
Dewi memposisikan dirinya duduk di angkutan umum.
Tak lama angkutan umum yang menuju kerumah Rani datang, Ranipun bergegas
menyetop dan menaikki mobil itu, dalam perjalanan ia masih memikirkan
pernyataan Dewi tadi, ia masih heran mengapa Dewi seolah tau segalanya, “aah
tapi yasudahlah anggap saja tak penting” gumam Rani dalam hati
0 komentar:
Posting Komentar