Kelas sebelas
merupakan masa-masa sulit bagi Rani, tak nampak lagi wajah lugu ketika pertama
masuk SMA, ataupun belum nampak wajah-wajah penuh teori dan hafalan menjelang
ujian nasional, bisa dibilang kelas sebelas adalah jaman keemasannya masa SMA, tapi
tetap saja bagi Rani selama masih ada kelas duabelas penjajahan di masa SMA
kelas duabelas belum terhapuskan.
Bel tanda masuk jam pelajaran
terakhir berbunyi, setelah shalat dzuhur Rani dan Dewi menuju kelas, 15 menit
berlalu guru jam pelajaran terakhirpun tak kunjung datang.
Rani : “Wi,
tumben ya Bu Yety lama, biasanya on time”
Dewi : “aku
denger katanya guru-guru mendadak nengok siapa gitu ya yang sakit”
Rani : “oh
begitu, tapi sepertinya kelas lain ada tugas dari guru piket, kok kita enggak
ya?” Rani melihat keluar jendela melihat kelas lain
Dewi: “ ya gak
apa-apalah Ran, yang penting kita ngga ribut dikelas”
Rani : “wi kita
beli cemilan yuk e kantin, bete juga lama-lama dikelas ga belajar”
Dewi : “iya ayoo”
Dewi beranjak dari bangkunya.
Dikantin sudah
pasti Rendi Cs ada disana, terlihat mereka sedang menggoda anak baru kelas sembilan.
Terdengar Robi, Rendi dan Ahdi menanyakan nomor handphone anak-anak itu, kecuali
Adam, dia memang agak pilih-pilih dalam merayu cewek, ia tidak suka dengan
cewek-cewek angkatan bawah yang ia sebut anak ingusan.
Rani : “wi kamu
udah selesai? ayo pergi”
Dewi : “ayo..”
Dewi faham maksud Rani yang tak ingin berlama-lama melihat kelakuan Rendi dan
teman-temannya itu.
Sudah tradisi disekolah Rani,
jika guru-guru tidak ada, maka siswa akan meminta pulang lebih awal ke guru
piket, jika guru piketnya baik hati, maka gerbang akan segera dibuka, tapi jika
guru piket jual mahal, maka ia akan membiarkan hamparan siswa dibalik pagar
besi menunggu sampai pagar dibuka tepat pada jam pulang sekolah.
Dewi: “yaahh
sepertinya guru piket hari ini menyebalkan, anak-anak mandet depan pintu
gerbang”
Rani : “iya gak
apa-apalah wi, kita diam dikelas saja, lagian jarak kelas kita ke pintu gerbang
kan ngga jauh,
begitu gerbang pemisah antara surga dan neraka dibuka kita
langsung cap cus” Rani berbicara tanpa jeda.
Dewi: “hahahaha surga
dan neraka segala kamu bawa-bawa, Rani dasar ya pintar sekali kamu membuat aku
tertawa”
Rani hanya
tersipu malu, ia hanya asal bicara tapi nampaknya terasa lucu bagi Dewi. Tak
lama ada sekelompok pria yang mencuri perhatian Rani dan Dewi bergerombol di
sebrang kelas mereka.
Rani : “yaelah
geng Rendi, kayaknya sekolah ini udah jadi taman bermain bagi mereka ya?
dimana-mana ada” Rani terlihat malas membahas mereka, ia mengalihkan
pembicaraan dengan Dewi
Rani: “Wi, hari
ini anter aku beli pulpen ya di toko yang di pasar”
Dewi tak
menjawab, rupanya ia tidak mendengar perkataan Rani. Dewi hanya melihat keaarah
sekelompok laki-laki tadi.
Rani: “ Wi…Wi!!
kenapa kamu ngeliatin terus geng rendi? jangan-jangan kamu menyimpan dendam ya
sama mereka? diapain wi? sama Rendi? Ihsan? Robi? siapa wi? katakan….” Rani berkata
sambil menggoyang-goyangkan badan Dewi, matanya melotot marah tidak jelas”
Dewi : “haduuuh
apasih Ran, aku belum pernah diapa-apain kok ama mereka” Dewi terlihat lemas
Rani semakin
tidak mengerti apa yang sedang dialami oleh sahabatnya itu, Rani kembali
menatap keluar jendela kearah geng Rendi, ia bergumam dalam hati (“apakah Dewi
menyukai salah satu dari mereka? rasanya tidak mungkin, dia yang meyakinkan aku
bahwa mereka itu kelompok laki-laki yang tidak baik. tapi tunggu… “) Rani
melihat dengan serius satu persatu dari geng Rendi.
Rani: “Wi,
laki-laki yang memakai sweater biru itu siapa? saat geg Rendi latihan basket
sepertinya dia ada, tetapi ketika di kantin aku jarang melihat”
Dewi nampak gugup
ketika mendengar Rani langsung menanyakan laki-laki yang ia pandangi dari tadi,
namun ia sigap menjawab pertanyaan Rani.
Dewi : “emmhh
itu Kak Bagus Ran, teman Rendi Cs juga, mungkin dia jarang ngumpul dikantin”
dewi berkata seolah ada yang ia tahu namun ditutupinya
Rani : “oh
begitu tapi Wi, keliatannya ia bukan anak yang usil seperti teman-temannya yang
lain”
Dewi : “……. ah
sudahlah untuk apa mengurusi mereka, sepertinya gerbang sudah dibuka, ayo lekas
pulang” Dewi sengaja mengalihkan pembicaraan
Rani : “oh iya
ayo, tunggu aku bereskan buku-buku dulu” jawab Rani dengan polos
Kelas semakin
sepi namun Rani masih sibuk membolak balikan tasnya.
Dewi : “kenapa
Ran?”
Rani : “Buku
Paket Sejarahku kok ga ada ya Wi?” Rani tampak panic
Dewi : “Sini
coba tasnya aku lihat, kamu periksa di bawah meja” Dewi yang telah selesai
merapikan semua peralatan belajarnya dengan tenang membantu Rani, sudah jadi
kebiasaan kalau Rani teledor kehilangan barang.
Melihat Dewi dan
Rani mencari sesuatu Irma yang berjalan menuju pintu kelas menghampiri mereka.
Irma: “nyari apa
kalian?”
Dewi dan Rani : “buku
sejarah” mereka kompak menjawab tanpa melihat kearah Irma karena sibuk mencari
Irma
tersenyum-senyum melihat tingkah laku temannya itu
Irma : “ini Ran,
aku kembalikan buku sejarahmu, tadi kan aku minjem ke kamu” Irma menyodorkan
buku sejarah kepada Rani
Rani hanya
memandang kosong Irma yang menyodorkan buku sejarah, ada perasaan lega dan malu
bercampur aduk dalam benaknya
Dewi: “ya
ampuunn Rani…. pikun banget kamu” Dewi hanya menggeleng-gelengkan kepalanya
Rani : “eehhh
makasih Irma, aku lupa heheh”
Irma: “yasudah
aku pulang duluan ya teman-teman” Irma berlalu menuju pagar sekolah
Dewi: “sudah ayo
cepat masukan bukunya”
Dewi dan Rani
bergegas keluar kelas, sekolah telah sepi, namun baru beberapa langkah keluar
dari kelas. tiba-tiba terdengar sekelompok laki-laki tertawa. Suara tertawa jahat
yang pernah Rani dengar. dan benar saja ketika mendekat keluar gerbang sekolah
geng Rendi ada disana dengan personil lengkap, Ahdi, Adam, Ihsan, Ajeng dan
kali ini ada Bagus, disana ada Tika dan Yanti. Rani dan Dewi berjalan melewati
mereka dengan sesekali mencuru pandangan kearah Tika dan Yanti, mereka penasaran
dengan apa yang dilakukan oleh Yanti dan Tika. Namun tiba-tiba Rani dan Dewi
dihadang oleh Ahdi dan Robi.
Robi: “Tunggu
kalian berdua”
Rani: “i…iya kak
ada apa?” jawab Rani gugup
Ahdi: “Tika, Yanti
bilang!” Ahdi member isyarat pada Yanti dan Tika
Tika : “Rani,
Dewi, aku pantes ga jadi pacar kak Robi yang sempurna?”
Rani bergumam
dalam hati (kak Robi yang sempurna? SEMPURNA?!! SAMPOERNA kaliii, pernyataan
macam apa ini mendengarnya aja udah bikin puyeng)
Dewi: “ka…kamu
pantas kok” dewi menjawab setelah melihat wajah Tika dan mulutnya yang komat
kamit terlihat memohn kepada Dewi dan Rani
Serentak Rendi CS tertawa mendengar jawaban Dewi
Robi: “yang
begini mana pantes jadi pacar gue woooyy…. kamu jawab!” Robi menunjuk kearah
Rani
Rani : “gak pantes
kak” rani cepat menjawab
Mendengar
jawaban itu Tika dan Dewi terkejut mereka berfikiran sama, Rani tak mau
bekerjasama dengan Tika yang sedang menyatakan cintanya pada Robi
Robi : “nah
bener nih kata anak ini, kamu tuh ga ada pantes-pantesnya am ague.. sana kalian
pulang, lanjut orang berikutnya”
Rani dan Dewi
berjalan menjauhi mereka, tak ada sepatah katapun mereka keluarkan. Namun
tiba-tiba Rani berbalik arah dan menghampiri orang-orang tadi. Rendi dan
teman-temannya tampak kaget dan heran melihat Rani berani menghampiri mereka.
Robi : “apa?
kamu mau bilang kamu yang pantes jadi pacar gue ya?”
semua tertawa
dan mengiyakan pertanyaan Robi.
Rani : “Bukan, saya
hanya mau bilang kelanjutan pernyataan saya tadi. Tika ga pantes jadi pacar
kamu, Tika lebih pantes dapetin cowo yang lebih baik dari kamu”
Semua terdiam
mendengar pernyataan Rani, mata Robi terlihat memerah seakan ingin marah dan
malu.
Namun Tika terlihat kesal kepada Rani, ia merasa Rani membuat Robi sang
pria incarannya kesal.
Tika : “Ran,
maksud kamu apa? Kak Robi udah jadi yang terbaik kok buat aku” Tika terlihat
nyolot kepada Rani
Yanti yang
melihat kelakuan Tika tampak bingung, disatu sisi ia tau bahwa Tika sangat
menyukai Robi, di sisi lain ia mengerti kalo Rani hanya kasian melihat kelakuan
Robi terhadap Tika.
Rani : “kamu
boleh mencintai seseorang jika dirasa tepat dan sudah waktunya, tapi sangat disayangkan jika harus mencintai orang yang salah”
Semua diam
sesaat dan Rani bergegas pergi meninggalkan mereka kemudian menarik tangan Dewi
yang tadi terpana melihat Rani yang tampak begitu dewasa.
_________________________________________________________________________________
0 komentar:
Posting Komentar